One News Indonesia
Kota Tegal tidak saja dikenal sebagai kota jasa dan industri tetapi kerajinan batik tulis pun sudah dikenal sejak abad ke 19 yang diawali pada masa itu oleh Raja Amangkurat I dan pengikutnya yang saat itu melihat kondisi wilayah Tegal yang penuh akan kekayaan alam flora dan fauna,
Dari ketajaman insting raja Amangkurat I dan para pengikutnya kemudian di ekspresikan melalui coretan pada kanvas yang akhirnya terciptalah bentuk karya batik tulis yang pada akhirnya terus berkembang dan berkembang dengan berbagai.motif ada batik tulis dan batik cap. Namun selama ini yang dikenal oleh masyarakat.luas adalah Batik Khas Tegal malah sudah mendapat hak paten oleh UNESCO
Ada sejumlah nama batik Khas Tegalan.misalnya seperti beras mawur, watu pecah, tumbar bolong, ukel, gribigan kacangan dan yang lain.
Disisi lain Batik sebagai budaya sebuah daerah yang juga menunjukan karakter kedaerahan juga batik sebagai
Komoditi. Sampai sekarang para pembatik di Kota Tegal masih.mrnunjikan ke Khasan daerah sesuai dengan karakter dan tingkat kreatifitas dan inovasi ya. Sehingga sampai sekarang batik tegalan masih menjadi daya tarik tersendiri. Harga satu potong kain batik tegalan memang tergolong mahal bahkan uang oing rendah kisaran Rp.500.000 , kenapa mahal karena memang proses pembatikannya makan waktu yang cukup lama .
Menurut Supartiningsih pemilik Rumah Batin Tegalan " Maudy ' di Jalan Ababil Kota Tegal, untuk satu potong kain batik Tegalan dibutuhkan waktu sampai sepuluh hari, ' yah karena memang harus hati hati dan njlimet' ungkap Ibu Ning yang sampai sekarang masih mempertahankan keberadaan batik tegalan.
Bu Ning, demikian panggilan akrab pensiunan PNS di Pemkot Tegal, meskipun diakuinya kondisi perkembangan batik tegalan saat ini ' kembang kempis " namun ia selalu mempertahankan, sebab menurutnya kalau tidak seperti kita-kita ini lalu siapa , karena generasi sekarang rupanya tidak mau yang sulit sulit. Kalau kondisi yang demikian dibiarkan, ini sangat bahaya, lama lama batin khas tegal.punah , karena tidak ada regenerasi dan penyemangat bagi sejumlah orang yang kini terus tekun dan bertahan menjaga Batin Tegalan.
Namun sayang, kata Ning, kegigihan mempertahankan batik tegalan sebagai khas budaya Tegal , kurang mendapat perhatian dari pemerintah,
" Kalau dulu masih.mending pemerintah masih menghargai para pembatik dengan menganjurkan pada seluruh pegawai menggunakan batik tegalan pada hari tertentu, tapi sekarang tidak ada keharusan memakai batik produk Tegal sendiri tidak ada." Keluh Bu Ning.
Akibat ketidak pedulian dari para pemangku kepentingan , para pembatik di Kota Tegal seakan hidup segan mati tak.mau,
" Kalau kami, tidak minta penghargaan apapun , cukup kami hargai dengan membeli produk kami, untuk menghidupkan proses kreatif para pembatik yang masih bertahan." Ungkapnya.
" Alhamdulillah kami masih mempertahankan empat pembatik yang masih setia melestarikan batik tegalan, " tutur Ning
Sebagai pelestari batik tegalan Ning sangat mengkhawatirkan punahnya batik tegalan , karena saat ini dirasa tidak ada anak anak.muda yang mau belajar membatik.
" Dulu pemerintah kota Tegal merencanakan membatik sebagai kegiatan ekstrakulikuler di sekolahan , tetapi sampai sekarang tidak ada,," ungkap Partiningsih.
" Harapan saya kepada Pemkot Tegal tolong lah hargai para pembatik di kota Tegal, kami tidak minta apapun , kami hanya minta, belilah produk kami , dan saya merasa bangga ketika melihat ada orang memakai produk kami." Pungkas Ning ketika ditemui di rumah batik " ,Maudy " Jl.Ababil Kota Tegal.
Penulis, Abiet Sabariang (Tegal)