One News Indonesia
Oleh : Hendri Gunawan dan Yayasan Baitul Anwar
Secara umum kata dekadensi dapat diartikan sebagai penurunan atau kemerosotan dalam penggunaannya, kata dekadensi lebih sering merujuk pada segi-segi sosial seperti moral, ras, bangsa, agama, sikap dan seni, atau SARA
Istilah dekadensi muncul pada akhir abad ke-19 di Eropa, sebagai protes terhadap aliran neoklasikisme dan romantisisme. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial-politik masyarat pada masa itu yang melatarbelakangi munculnya istilah tersebut.
Pada masa itu muncul suatu gerakan yang disebut Decadent Movement, yang dipimpin oleh Charles Baudelaire, J.K. Huysmans, Paul Verlaine, Arthur Rimbaud, Stéphane Mallarmé, dan kawan-kawan di Prancis. Gerakan tersebut (Decadent Movement) mengkritik gaya hidup yang lebih mengutamakan emosi dan perasaan daripada kenyataan.
Menurut mereka, hal semacam itu merupakan suatu kemunduran budaya, apalagi budaya timur, sangatlah memiliki karakter dan pribadi yang mulia.
Di minang khususnya ABS- SBK ini merupakan bahagian dari kehidupan sehari-hari, apalagi sejak kecil negeri minang di tanamkan ilmu agama bukan ke surau saja, bahkan disekolah-sekolah formal diajarkan juga, tentu selain diajarkan ilmu agama, dan ilmu lainnya, untuk membentuk karakter anak bangsa, masa depan kelaknya.
Namun dekadensi moral anak bangsa saat ini sangat memprihatinkan dari semua kalangan, bahkan pejabat apatur negara,eksekutif, legwslatif, yudikatif sekalipun yang selalu bergelimang dengan ketertiban dan keamanan, merekan malah yang diamankan kasus pembunuhan berencana hingga narkoba, sangatlah miris sekali melihatnya, apa yang salah negeri ini.
Pendidikan karakter dan budaya yang lahir dan diajarkan dari surau dengan kekuatan keimanan dan ketaqwaan, ini yang hilang, hiruk pikuk surau yang ramai dengan anak - anak generasi awal dan pemuda generasi bangsa sudah tak nampak lagi dari surau, bahkan di surau sekarang anak muda yang diatas 50 tahun.
Ini menjadi dasar latar belakanh Pendidikan Karakter di lembaga Pendidikan Baitul Anwar menitik beratkan penanaman nilai dan keseimbangan secara holistik. Keseimbangan orientasi dunia dan akhirat, keseimbangan kecerdasan spritual, intelektual, emosional dan sosial, keseimbangan antara teori dan praktek dalam kehidupan sehari hari.
Kelebihan pendidikan yang sudah ada dapat ditingkatkan, dan kekurangan pendidikan yang masih dirasakan selama ini secara bertahap bisa teratasi. Satu sisi anak didik memiliki kecerdasan intelektual dengan nilai angka yang membanggakan, tetapi disisi lain lemah dalam akhlak dan prilaku, satu sisi peserta anak didik rajin dalam ibadah - ibadah formal, tetapi lemah dalam pergaulan dan sosial. Begitu juga kadang - kadang terlihat matang dalam teori, tetapi mereka lemah dalam praktek dan implentasi di dunia nyata / kehidupan sehari-hari.
Pendidikan di Yayasan Baitul Anwar bertekad mewujudkan pendidikan yang paripurna dan holistik, dengan prinsip - prinsip keseimbangan antara pemahaman dan praktek keseharian, kita akan melahirkan anak didik yang Cinta Alquran, Cinta Keluarga, Cinta Lingkungan, Cinta Kesehatan dan Cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (Generasi 5 C ).
1. Cinta Alquran yaitu anak didik yang dengan kesadaran tinggi di kesehariannya senang belajar Alquran, baik membacanya, mempelajarinya, menghafalnya, mengamalkan dan mewariskannya.
2. Cinta Keluarga yaitu anak didik yang dengan pemahaman dan kesadaran yang tinggi senang berbakti dan memuliakan kepada kedua orang tuanya, mencintai kakek nenek, adik kakaknya dan keluarga besarnya dalam nilai akhlak yang mulia, dalam kesantun, tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.
3. Cinta lingkungan yaitu anak didik yang dengan pemahaman dan kesadaran tinggi mencintai hidup bermasyarakat, santun, memuiakan dan hormat kepada tetangganya, suka bergaul dan tolong menolong. Mencintai masyarakat lingkungan, senang dengan tumbuhan dan bintang piaraan.
4. Cinta Kesehatan yaitu anak didik yang dengan pemahaman dan kesadaran yang tinggi, memahami bahwa kesehatan adalah nikmat yang paling berharga. Kebersihan adalah pangkal kesehatan, maka setiap anak didik mesti mengamalkan hidup bersih, bersih diri, bersih rumah dan lingkungannya, menjaga kebersihan, suka bertanam, bertaman dan keindahan lingkungan, menjaga kebersihan dan kerusakan lingkungan adalah adab akhlak keseharian.
5. Cinta NKRI yaitu peserta didik yang dengan pemaham dan kesadaran yang tinggi, menyadari bahwa NKRI adalah nikmat Allah yang luar biasa, bahwa kemerdekaan Indonesia adalah berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa, NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 45, didirikan oleh tokoh - tokoh bangsa dengan pengorbanan harta, darah dan nyawa. Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita mensyukurinya, menjaga keutuhannya, menjaga persatuan dan kesatuannya, mengisi kemerdekaan dan dan bekerja keras memajukan NKRI agar menjadi negara hebat dan kuat agar sejajar dengan negara - negara maju lainnya.
Dengan karakter yang seimbang dan holistik itu, diharapkan lahirnya SDM unggul calon pemimpin dan masyarakat pilihan pengemban kejayaan masa depan, yaitu masyarakat dengan ummat terbaik, ummat pilihan, ummat kebanggaan, sebagai mana yang Allah ungkapkan dalam firman mulia di Alquran. Q.S Ali Imran :110, Wallahu'alam.[*]